Selasa, 18 Jui 2023 dilaksanakan kegiatan Diseminasi Budaya Positif di SMA N 1 Wuryantoro. Kegiatan ini merupakan alah satu tugas dalam rangkaian Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 8 oleh salah satu guru di SMA N 1 Wuryantoro, Broto Apriliyanto. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang meeting SMA N 1 Wuryantoro dan dihadiri sekitar 13 guru.

Konsep-konsep inti yang telah saya pada modul 1.4 Pendidikan Guru Penggerak (PGP) , yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi adalah pentingnya menciptakan suasana positif dalam pembelajaran. Baik itu di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah secara umum. Guru hendaknya bertindak sebagai manager dalam menghadapi suatu permasalahan dan berusaha menyelesaikannya melalaui tahapan segitiga restitusi.  Hal-hal yang menarik bagi saya adalah bagaimana menyelesaikan permasalahan siswa tanpa membuatnya menjadi orang terhukum namun mampu menyadari kesalahan dan punya inisiatif untuk menjadi lebih baik melalui alur segitiga restitusi.

Perubahan yang terjadi diharapkan mampu membentuk pola pikit bagaimana  menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah setelah mempelajari modul ini adalah perlunya guru melakukan penyelidikan untuk mengetahui latar belakang mengapa siswa melakukan kesalahan. Selain itu pembiasaan tidak harus dilakukan secara serentak namun perlu dimlai dari diri sendiri terlebih dahulu.

Pengalaman terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas adalah ketika menghadapi siswa perwalian yang sama sekali tidak aktif dalam pembelajaran daring. Saya berusaha mencari tahu latar belakang permasalahannya.Setelah beberapa waktu siswa tersebut akhirnya bisa beraktifitas seperti teman yang lain.

Perasaan ketika mengalami hal-hal tersebut adalah merasa Bahagia karena mampu menyelesaikan maslah tanpa memberikan efek buruk bagi siswa. Pada akhirnya siswa menjadi lebih baik dalam motivasi belajar dan interaksi dengan siswa lainnya.

Pengalaman berharga dalam proses ini adalah mencari tahu permasalahan dan berusaha memotivasi anak agar bangkit  darim keterpurukan. Hal yang perlu diperbaiki adalah komunikasi antara guru dengan wali murid agar setiap permasalahan yang mungkin muncul bisa terpantau dan boisa segera terselesaikan.

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi yang paling sering dipakai oleh guru adalah pembuat rasa bersalah, karena bisa memberikan rasa  puas dan benar. Setelah mempelajari modul ini,  diharapkan guru mampu berada pada posisi sebagai manager Hal yang membedakan adalah dampak lanjut setelah penyelesaian masalah, pada posisi sebagi manager menjadikan komunikasi anatara guru dan siswa tetap nyaman serta siswa merasa bertanggungjawab dalam menyelesaikan masalah.

Guru diharapkan mampu  menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Memberikan penguatan bahwa setiap orang pasti unya maslah dan merasakan kejenuhan dalam belajar (menstabilkan identitas)
  2. Mengajak diskusin apakah sikapnya dala kegiatan pembelajaran sudah benar atau belum (validasi tindakan)
  3. Mengajak siswa membayangkan masa depan dan mencari solusi atas permsalahannya (menayakan keyakinan)

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut saya penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah adalah manajemen tentang kompleksitas masalah yang muncul serta bagaimana menyamakan persepsi dari warga sekolah dterhadap budaya positi. Karena budaya postif akan berjalan efekstif jika dilaksanaan secara simultan oleh seluruh warga sekolah.

TINDAKAN AKSI NYATA

Latar Belakang

Dalam Upaya membntuk  peserta didik yang memiliki karakter kuat, sesuai profil pelajar pancasila yang dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan di Indonesia maka penanaman budaya positif penting untuk dilakukan.  Dalam membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif. Lingkungan positi mencakup keadaan yang aman dan nyaman agar peserta didik mampu berfikir, bersikap, dan bertindak secara mandiri,  bertanggungjawab, dan merdeka.

Kesadaran akan penerapan disiplin diri siswa dipengaruhi posisi kontrol guru belum apakah itu sebagai  manajer, penghukum, teman, pemantau atau pembuat merasa bersalah. Siswa yang memiliki disiplin diri berarti mampu bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya. Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan siswa-siswa yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi internal.

Langkah Langkah yang bisa dilakukan untuk membiasakan budaya positif adalah dengan mendiskusikan keyakinan sekolah dan menerapkan proses segitiga restitusi. Diharapkan dengan mengikuti tahapan segitiga restitusi guru bisa membimbing siswa untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka, sehingga siswa meyadari kesalahan dan mencari sendiri solusi yang nyaman.

 

Tujuan

Tujuan dalam tindakan nyata ini adalah sebagai beriku t:

  1. Menguatkan peran sebagai guru penggerak melalui penerapan restitusi dan posisi kontrol sebagai manajer
  2. Terwujudnya visi sekolah yang menerapkan budaya positif.
  3. Guru termotivasi untuk menumbuhkan dan membiasakan budaya positif dengan keyakinan kelas
  4. Terbentuknya semangat mewujudkan karakter positif yang kuat dari warga sekolah

Tolak Ukur

Tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah berjalan dengan baik adalah sebagai berikut :

  1. Adanya gambaran/rencana membentuk keyakinan kelas sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada di kelas.
  2. Adanya gambaran/rencana dalam mengapliukasikan proses segitiga restitusi dalam memnbantu siswa dengan posisi control guru sebagai manajer

 

Linimasa Tindakan

Linimasa Tindakan dari aksi nyata dan tindak lanjutnya adalah sebagai berikut :

Dukungan yang Diperoleh

Dukungan yang dibutuhkan untukmkegiatan ini :

  1. Izin dari kepala sekolah untuk melaksanakan kegiatan pengimbasan dan tindak lanjut pelaksanaan budaya positif
  2. Kerjasama dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk melibatkan beberapa guru dalam pengimbasan
  3. Kerjasama dengan wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana untuk menyediakan tempat diskusi pengimbasan
  4. Kerjasama dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, BK, dan wali kelas dalam melakukan segitiga restitusi yang melibatkan siswa.

 

Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Pengimbasan Pembiasaaan Budaya Positif Melalui Kesepakatan Kelas dan Segitiga Restitusi dilaksanakan pada Selasa, 18 Jui di Ruang Meeting SMA N 1 Wuryantoro mulai pukul 10.00 WIB s.d. selesai. Hadir dalam kegiatan tersebut sebanyak 13 guru meliputi PNS, PPPK, maupun GTT. Melalui komposisi tersebut diharapkan nantinya dalam ditularkan kepada rekan lainnya. Dalam kegiatan tersebut disampaikan tentang budaya positif dengan titik tekan pada keyakinan kelas dan segitiga restitusi. Peserta cukup antusias dalam mengikuti kegiatan terbukti dengan adanya diskusi dua arah yang seru dan menarik. Selain itu muncul berbagai permasalahan dan ide penyelesain yang muncul dalam diskusi tersebut.

 

Hasil Kegiatan

Hasil dari kegiatan tersebut adalah munculnua gambaran/rencana membentuk keyakinan kelas sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada di kelas serta motivasi untuk mengaplikasikan proses segitiga restitusi dalam memnbantu siswa dengan posisi kontrol guru sebagai manajer

 

Kesimpulan

Budaya positif berupa keyakinan kelas dan segitiga restitusi baik digunakan menanamkan nilai-nilai kebajikan.

 

Saran

Pelaksanaan keyakinankelas dan segitiga restitusi memungkinkan adanya modifikasi untuk menyesuikan kondisi dan latar belakang permaslahan yang ada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *