Guru perlu menyadari bahwasanya  guru ketika merancang rencana dan media pembelajaran mengadapi siswa yang berada karakteristikya dalam satu yang sama. Perbedaan ini meliputi aspek kognitif dan kognitif yang tidak bisa dihindari. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada kemampuan anak dalam mengikuti dan menerima materi pelajaran. Pada akhirnya guru perlu berusaha mewadahi  dan menaungi berbagai perbedaan tersebut sehingga memunculkan pembelajaran model baru, yaitu pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang dapat membantu memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa. Pembelajaran ini digagas oleh Carol Tomlinson, seorang pendidik, penulis, dan pembicara asal Amerika Serikat.

Dalam penerapannya, guru perlu selalu berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga perlu merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk mengekspresikan dan mencapai tujuan pembelajaran masing-masing siswa. Diharapkan pengalaman belajar yang dirancang akan cocok untuk sebagian besar siswa. Pada pembelajaran diferensiasi, pembeda antara siswa satu dengan yang lain bukan pada kuantitas, melainkan lebih menekankan pada kualitas konten, proses, dan produk. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi hanya dilakukan sebagai sesuatu yang terjadi pada akhir unit namun juga meliputi seluruh proses pembelajaran rermasuk asesmen diagnostik yang natinya akan digunakan untuk melakukan diferensiasi.

Setidaknya guru perlu mempersiakan 3 elemen penting yakni,kurikuler, yaitu konten tentang apa yang dipelajari murid, proses tentang bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi; dan produk tentang bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Para guru yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki keragaman akademis berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang untuk semua murid mereka. Hal ini akan memotivasi siswa untuk lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih berpihak pada siswa. Pada pembelajaran diferensial, siswa lebih bisa berekspresi  dan memaksimalkan potensi sesuai diferensiasi masing-masing. Di dalamnya ditandai oleh irama berulang dari melakukan persiapan kelas, mengulas kembali, dan berbagi, yang kemudian diikuti oleh kesempatan untuk eksplorasi, ekstensi (pendalaman materi), dan produksi (menghasilkan pekerjaan) individu atau kelompok kecil. Murid dan guru sama-sama menjadi pembelajar sehingga kolaborasi yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk memperbaiki peluang belajar agar efektif agar setiap msiswa dapat terlayani.

Pelaksanaan pembelajaran berdifernsiasi bisa berlangsung dengan baik jika ada dukungan dari semua pihak. Guru sebagai fasilitator perlu memahami perbedaan yang ada dan berusa memfasilitasi semuanya semaksimal mungkin. Sementar siswa jga prlu menyadfari bahwa kemapuan mereka berbeda sehingga ketika guru memberikan perlakun berbeda mestinya bukan dianggahp sebagai ketidakadilan. Hal ini juga berlaku bagi orang tua/wali dalam menyikapi perbedaan proses belajar, materi belajar, dan penugasan yang diberikan gurunya. Sebaiknya dilakukan sosialisasi kepada orang tua tentang kurikulum merdeka yang di dalamnya memuat pembelajaran berdiferensiasi. Tidak kalah penting adalah kebijakan dari kepala sekolah daam membuat iklim pembelajaran yang mendukung pembelajaran diferensiasi, seperti pengaturan beban mengajar dan tugas tambahan, penggunaan sarana dan prasarana sekolah. Tenaga kependidikan yang bertugas membantu guru dalam melayani siswa mestinya juga perlu dipahamkan tentang kurikulum merdeka. Karena hal ini akan berdampak pada penysuusnan anggaran, penggunaan alat, administrasi kepegawaian, dan lainnya yang secara langsung akan berpengaruh pada konsentrasi guru dalam mengajar. Sinergi dari semua pihak diharapkan membuat suasana dan iklim pembelajaran di sekolah semakin berpihak pada siswa dalam menuntun mereka menuju masa depan yang lebih baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *