
Menyikapi pembelajaran pasca pandemic covid-19, SMA Negeri 1 Wuryantoro berusaha megoptimalkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang efektif. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran inovatif, seperti jigsaw.
Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok peserta didik dalam bentuk kelompok kecil. Menurut Lie (1993 : 73) kelompok peserta didik bersifat heterogen dan peserta didik bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Salah satu ciri dalam model pembelajaran jigsaw adalah adanya kelompok asal dan kelompok ahli.
Dalam praktiknya guru bisa menerapkan model pemeblajaran jigsaw menyesuaikan karakteristik mata pelajaran, karakteristik peserta didik, maupun variabel lainnya. Seperti dilakukan pada mata pelajaran Matematika Minat kelas XII di SMA Negeri 1 Wuryantoro. Secara teori, model pembelajaran jigsaw tidak disarankan digunakan pada mata pelajaran Matematika. Menurut Imam Sujadi (2017), pembelajaran Matematika bersifat hierarkis sehingga tidak cocok jika dipelajari secara terpisah. Namun guru mencoba menerapkan model pembelajaran jigsaw bukan untuk mempelajari konsep materi melaikan latihan mengerjaka soal yang variatif.
Langkahnya, guru membentuk 4 kelompok yang berisi 8 – 10 peserta didik secara heterogen berdasarkan kemampuan awalnya. Selanjutnya peserta didik diberi nomor 1 – 10 yang nantinya disebut kelompok asal. Guru memberikan soal bervariasi sebanyak 10 nomor ketua kelompok membagi anggotanya untuk bertanggungjawab terhadap 1 nomor. Berikutnya peserta didik dengan nomor soal yang sama bergabung menjadi kelompok ahli bertugas menyelesakan soal yang menjadi tanggungjawabnya. Disini peserta didik diperbolehkan membuka buku ataupun mencari Informasi melalui internet dan dipastikan seluruh anggota kelompok ahli paham akan penyelesaian soal yang menjadi tanggung jawabnya. Selanjutnya setiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kepada temannya.
Disini guru berperan sebagai fasilitator dan berkeliling memberikan penguatan jika ada kelompok yang mengalami kesulitan. Dalam model pembelajaran jigsaw kelas memang cenderung lebih ramai karena hampir seluruh peserta didik aktif berbicara, namun hal ini memberikan pengalaman yang lebih bermakna manakala siswa diberi tanggung jawab oleh kelompoknya. Selain itu penjelasan dari temannya dengan bahasa yang santai cenderung lebih mudah diterima, serta peserta didik tidak canggung bertanya jika menemui kesulitan.
Silakan mencoba.